PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPA SD


KATA PENGANTAR

 
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa, karena berkat karunianya, saya dapat menyusun makalah ini dengan judul “problematika IPA SD”.
Makalah ini sengaja kami susun yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaan IPA sebagai tugas mandiri.
Penulis sadar mungkin dalam isi makalah ini ada yang kurang sempurna maka dari saya mohon untuk dimaklumi karena mungkin dari pengetahuan juga belum begitu luas.
Maka dari itu saya sebagai penulis mengharapkan sekiranya ada masukan, saran dan kritik dari rekan-rekan yang bersifat membangun, saya tidak segan-segan untuk menerima kritikan tersebut guna memperbaiki kedepan.

                                                                                               Namlea,    Februari 2013

                                                                                               Penulis


DAFTAR ISI

Halaman judul    ..............................................................................................................
Kata pengantar   ..............................................................................................................
Daftar isi    ......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang   ..................................................................................................
B.     Rumusan masalah   .............................................................................................
C.     Tujuan penulisan    ..............................................................................................
BAB II PEMBAHSAN
A.    Rendahnya kualitas pembelajaran IPA    ............................................................
B.     Faktor-faktor kualitas pembelajaran IPA    .........................................................
C.     Solusi peningkatan pembelajaran IPA    .............................................................
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan   .......................................................................................................
B.     Saran  ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal tempat anak-anak melaksanakan tugas mengajar. Apa yang terjadi dari kedua kegiatan tersebut terutama untuk mengembangkan intelektual anak. Pendidikan sekolah dimaksudkan memperoleh perubahan perubahan positif pada diri anak yang sedang berkembang kearah kedewasaan.
Mendidik telah membentuk budi pekerti dan watak untuk anak-anak dengan pendidikan, sedangkan belajar adalah suatu proses pembentukan atau perubahan tingkah laku yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, keterampilan, kebiasaan sikap yang semuanya diperoleh , disimpan dan dilaksanakan.
Dengan demikian apa yang ditimbulkan dari kegiatan belajar itu adalah adanya tingkah laku yang progresif (maju) dan adoptif (mampu mengadakan penyesuian/penyelarasan).
Didalam proses belajar mengajar dikelas atau disekolah guru sebagai pendidik dalam hubungannya dengan ini maka pendidik sering didefinisikan sebagai seorang yang bertanggung jawab memberikan bantuan atau pertolongan kepada anak didik dalam melaksanakan tugas perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaan itu sehingga mereka mampu berdiri sendiri dan mampu memenuhi tugas sebagai individu.
Oleh karena itu, berbagai pandangan menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses budaya untuk mengangkat harkat dan martabat manusia berlangsung sepanjang hayat dalam hal ini pendidikan IPA juga memegang peranan yang menentukan bagi berkembangnya manusia karena ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta.
Pendidikan IPA diharapkan dapat jadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar prospek lebih lanjut dalam menerapkan didalam kehidupan sehari-hari.
B.      Rumusan Masalah
Permasalahan umum yang diangkat penulis dalam penulisan ini yaitu rendahnya kualitas pembelajaran IPA dikelas IV, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi belajar IPA pada murid-murid SD.
Dalam guru memberikan pelajaran IPA banyak siswa yang bermain, malas dan ada yang ribut dan adapula yang tidak mengerti apa yang telah diterapkan oleh guru. Solusi apa yang diambil oleh seorang guru dalam meningkatkan pembelajaran IPA

C.      Tujuan Penelitian
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran IPA SD yang diberikan dosen. Selain itu untuk memberikan suatu pengetahuan kepada mahasiswa sebagai bahan diskusi kelas.
Agar kita sebagai calon guru dapat mengikuti cara yang terbaik untuk memotivasi anak didik agar tujuan dari proses belajar mengajar membuahkanhasil yang baik.


BAB III
PEMBAHASAN

1.             Rendahnya kualitas pembelajaran IPA
Kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang guru adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Bahan ajar merupakan merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Jika guru tidak dapat memilih dan menguasai bahan ajar dengan baik maka besar kemungkinan kompetensi dasar yang menjadi syarat minimal penguasaan kompetensi tidak akan tercapai. Jika hal ini terjadi maka hasil belajar siswa tidak akan optimal, dalam jangka pendek mungkin tidak lulus dari sekolah.
Untuk mencari solisi sehingga permasalahan dapat terselesaikan, kegiatan diskusi, pengamatan langsung (observasi) kepada siswa, perhatian khusus kepada siswa yang bermasalah salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
1.             Identifikasi masalah
Melalui pengamatan dan diskusi terindentifikasi beberapa masalah yang mempengaruhi pembelajaran antara lain ;
a.             Kurangnya variasi pembelajaran sehingga siswa kurang kreatif untuk menyelesaikan pembelajaran IPA khususnya pada pembelajaran materi gerak benda.
b.             Siswa belum mempunyai keberanian untuk mencoba sendiri menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran IPA khususnya pembelajaran materi gerak benda.
c.             Siswa tidak dilibatkan secara aktif pada pelaksanaan proses pembelajaran sehingga aktifitas siswa pada proses pembelajaran sangat kurang.
d.            Rendahnya kualitas pembelajran IPA khususnya pembelajran materi gerak benda.

2.             Analisis masalah
Kajian literatur dan refleksi diri ditemukan permasalahan penyebab rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPA materi gerak benda ruang antara lain.
a.             Ketidak mampuan guru memperhatikan perbedaan kemampuan siswa.
b.             Guru belum secara penuh melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar.
c.             Menyampaikan materi pembelajaran oleh guru kurang mengena pada peserta didik.
d.            Guru kurang mampu mengaitkan materi yang dipelajari dengan konsep nyata yang ada dalam keseharian siswa.

3.             Alternatif pemecahan masalah
Eksperimen adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk membuktikan suatu hipotesis yang dikemukakan oleh sagala (2011;220) bahwa “eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu”.
Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengamati untuk membuktikan sendiri suatu pernyataan atau hipotesis tertentu sagala (2011;220).
Resstiyah (2001;80) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil pengamatan itu disampaikan ke kelasdan di evaluasi oleh guru.
Didalam pembelajaran IPA banyak metode-metode yang digunakan salah satu diantaranya adalah metode eksperimen. Schonher (1996) yang dikutip oleh palendang (2003;81) menyatakan metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran IPA (sains) karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampan berfikir dan kreatifitas secara optimal.
Berdasarkan hasil penemuan Dr. Umar Fauzi, metode eksperimen dalam pembelajaran IPA mempunyai 3 manfaat antara lain ;
a.             Mendorong siswa untuk berfikir kritis, kreatif dan inovatif dengan bekal yang sudah diajarkan.
b.             Menuntun siswa melakukan pengamatan, melakukan penafsiran dan dugaan terhadap data.
c.             Memandu siswa menentukan sendiri kaidah atau aturan hukum alam yang sering dipakai dalam pembahasan IPA (herawati, 2006;11-12).
Oleh karena itu penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul problematika pembelajaran IPA di SD, melalui penerapan metode eksperimen.

2.             Faktor-faktor kualitas pembelajaran IPA
Steers (1985:176) menyatakan “sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.”
Dimensi efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini meliputi dua hal, yaitu karakeristik guru dan karakteristik siswa.
a)             Karakteristik guru yang efektif dalam proses pembelajaran yaitu guru yang memliki kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan aplikasi teknologi. Indikator karakteristik guru meliputi: pengorganisasian materi pembelajaran, memilih metode pembelajaran yang tepat, bersikap positif terhadap siswa, penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif, kreatif dalam aplikasi teknologi pembelajaran, menekankan pada pemberdayaan peserta didik
b)             Karakteristik siswa yang efektif dalam proses pembelajaran adalah siswa yang fleksibel dan aktif dalam memanfaatkan strategi dan pendekatan yang berbeda untuk konteks dan tujuan yang berbeda. Indikator karakteristik siswa meliputi:Aktif dalam Pembelajaran (Active learning), Mampu belajar bekerjasama (Collaborative Learning), Belajar Bertanggungjawab (Learner responsibility), Belajar dari apa yang telah dipelajari (Learning about learning). Menurut Slamet dalam Hasanah (2007), belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks, karena keberhasilannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar dan sistem instruksional. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a.             Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1.             Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, pertama keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umuna sangat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisioligi pada tubuh menudia sangat mempengaruhi hasil belajar. Terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mudah beraktifitas belajar dengan baik pula. Oleh karena itu baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik. Baik secara prefentif maupun yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar memenuhi persyaratan.

2.             Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Dengan demikian kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executif control) dari hampir seluruh aktifitas manusia semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Oleh akrena itu perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti guru, orang tua dan lain sebagainya.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada peform guru. Pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar dan tulus kepada muridnya.

b.             Faktor lingkungan keluarga
Pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga dalam mendidik anak-anaknya sudah sangat berat dan dibantu oleh sekolah, tetapi tidak setiap anak sadari kecilnya anak sudah menjadi tanggung jawab sekolah. Dan jangan salah tafsirkan bahwa anak sudah diserahkan kesekolah menjadi tanggung jawab. Elah dikatakan bahwa sekolah adalah membantu keluarga dalam mendidik anak. Dalam mendidik anak sekolah melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan oleh orang tua dirumah. Berhasil baik tidaknya pendidikan sekolah tergantung kepadanya dan dipengaruhioleh pendidikan keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fondamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil pendidikan anak dirumah menentukan anak selanjutnyan baik disekolah maupun dimasyarakat. Dengan demikian tidak dapat disangka lagi betapa pentingnya pendidikan didalam keluarga bagi perkembangan anak menjadi manusia yang berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Jadi perlu dorongan/perhatian serta semangat dan nasehat orang tua kepada anak.

3.             Solusi peningkatan pembelajaran IPA
Kadang-kadang dalam pelaksanaan praktikum IPA guru mengalami kesulitan, misalnya saat harus melaksanakan praktek diluar kelas. Siswa-siswa menjadi tidak terkendali dan berkeliaraan tak tentu arah. Solusi yang ditawarkan dalam program ini adalah sebagai berikut ;
1.             Guru memberikan pengarahan serta memberikan LKS sebelum siswa keluar ruangan untuk melakukan observasi.
2.             Guru membimbing siswa dalam beberapa kelompok serta memberikan tugas yang berbeda pada setiap kelompok.
3.             Guru menetapkan batas area yang boleh ditempati siswa atau kelompok dengan yang tidak boleh ditempati siswa atau kelompok ditanam agar tidak bergerak keluar area yang ditetapkan.
4.             Guru membatasi waktu pada setiap kelompok materi yang diamati, sehingga keadaan siswa tidak bertumpuk pada satu area.

Sebaiknya dalam pembelajaran materi IPA memang memerlukan media untuk menjelaskan kepada anak-anak, supaya anak mudah memahaminya dan selain itu anak akan lebih fokus untuk mengamati dengan cermat, sehingga anak akan bertanya dengan sesuatu yang belum diketahui dari bahan pembelajaran tersebut.
Dalam proses belajar mengajar diperlukan media pembelajaran karena dengan media pembelajaran kita dapat dengan mudah menyampaikan tujuan, media tidak perlu harus mahal, dilingkungan kita banyak yang bisa dimanfaatkan.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan supaya guru dalam proses pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perlu dikembangkan oleh guru disekolah agar siswa dapat belajar secara konstektual ketaraf berfikir tingkat tinggi sehingga hasil belajar yang diperoleh meningkat.


BAB IV
PENUTUP

A.           Kesimpulan
Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya pada berbagai sumber siswa menerapkan materi IPA untuk menunjukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan membuat keputusan, diskusi kelompok dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar.
Dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah – masalah yang dapat diindentifikasi penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak ada dampak buruk terhadap lingkungan dan diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran saling temas (sains lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep ipa dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

B.            Saran
Sebagai seorang guru marilah kita berusaha bukan untuk mendapatkan, tetapi untuk memberikan sesuatu demi peningkatan mutu belajar anak didik kedepan bagi kejayaan bangsa dan kepujian raihnya.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar diharapkan agar guru dapat memperhatikan latar belakang kemampuan siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Pusat kurikulum balitbang depdiknas, 2002, ringkasan kegiatan belajar mengajar
Sudjana. N, 1987, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung, PT sinar baru algensindo.
Sumaji, etc all, 1998, pendidikan sains yang humanistik, yogyakarta, kanisius
Usman, moh. Uzer, 2004, menjadi guru profesional, bandung, PT remaja roesdakarya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN HASIL PENGUJIAN LARUTAN DENGAN KERTAS LAKMUS

PROPOSAL PAMERAN KEBUDAYAAN

MAKALAH SISTEM REGULASI MANUSIA